Kondisi yang Mendukung Pembelajaran Mendalam
Menurut Quinn & McEachen (2020), ada lima kondisi utama yang memengaruhi keberhasilan Pembelajaran Mendalam
Visi & Tujuan Sekolah: Visi dan tujuan sekolah harus secara eksplisit mencerminkan komitmen terhadap PM, terukur, dan dipahami oleh seluruh warga sekolah
. Kepemimpinan: Kepemimpinan harus bersifat visioner, instruksional, distributif, dan adaptif. Pemimpin sekolah harus menjadi teladan dan mendorong perubahan positif
. Budaya Kolaboratif: Penting untuk membangun budaya kolaborasi yang kuat di antara guru, siswa, orang tua, dan komunitas
. Ini mencakup kerja sama dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran . Kedalaman Pembelajaran: Pembelajaran harus berpusat pada siswa, relevan dengan kehidupan nyata, dan berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif
. Pengukuran dan Evaluasi Baru: Penilaian harus menggunakan metode yang autentik, holistik, dan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memantau, meningkatkan pembelajaran, dan mengukur dampak secara efektif
.
Fase Dinamika Perubahan
Implementasi Pembelajaran Mendalam berlangsung melalui tiga fase dinamika perubahan yang saling terkait
Kejelasan (Clarity): Fase ini berfokus pada pengembangan pemahaman dan bahasa yang sama tentang PM di seluruh warga sekolah. Kepala Sekolah harus membangun visi yang jelas dan mengomunikasikannya secara luas
. Kedalaman (Depth): Fase ini mencakup penerapan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, memfasilitasi pelatihan guru, mendorong kolaborasi, dan menyediakan sumber daya yang memadai
. Keberlanjutan (Sustainability): Pada fase ini, Pembelajaran Mendalam menjadi budaya yang terinternalisasi di sekolah. Kepala Sekolah membangun budaya evaluasi dan refleksi diri, melakukan perbaikan berkelanjutan, dan menjalin kemitraan yang kuat dengan orang tua serta komunitas
.
Analisis Kondisi Satuan Pendidikan
Sebelum merancang program PM, Kepala Sekolah perlu melakukan analisis kondisi sekolah untuk mengidentifikasi sumber daya dan kebutuhan
Analisis SWOT: Teknik ini mengidentifikasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) internal dan eksternal yang dapat memengaruhi implementasi PM
. Analisis ini membantu sekolah memanfaatkan kekuatan dan peluang sambil mengatasi kelemahan dan ancaman . Analisis SOAR: Berbeda dari SWOT yang berfokus pada kelemahan dan ancaman, analisis SOAR berpusat pada hal-hal positif. Teknik ini mengidentifikasi
kekuatan (Strengths), peluang (Opportunities), aspirasi (Aspirations), dan hasil (Results) yang ingin dicapai
. SOAR berasal dari pendekatan Appreciative Inquiry (AI) dan mendorong organisasi untuk fokus pada inovasi dan keunggulan strategis
.
Pemetaan Kapasitas Sekolah
Pemetaan kapasitas sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yang berfokus pada pemanfaatan aset yang dimiliki komunitas untuk memberdayakannya
Modal Manusia: Keahlian guru, minat siswa, profesi orang tua
. Modal Sosial: Jaringan kolaborasi guru dan hubungan dengan komunitas
. Modal Fisik: Infrastruktur seperti ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas lainnya
. Modal Finansial: Anggaran sekolah dan dukungan dana dari pihak eksternal
. Modal Lingkungan: Sumber daya alam di sekitar sekolah
. Modal Politik: Dukungan dari kepala sekolah dan pemangku kebijakan
. Modal Budaya & Agama: Tradisi lokal, tokoh masyarakat, dan situs bersejarah
.
Dengan memadukan PKBA dan analisis SOAR, sekolah dapat menyusun program pengelolaan Pembelajaran Mendalam yang efektif dengan memanfaatkan sepenuhnya kekuatan internal dan eksternal yang ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar