- Guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang memberi peran pada semua peserta didik, prilaku guru yang diharapkan adalah Guru memotivasi semua peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, Guru menyediakan peran dalam kelompok untuk memastikan semua anggota mendapat peran dan Guru memberi dukungan dan kesempatan pada peserta didik yang pasif untuk berperan
- Guru mengajukan pertanyaan yang menstimulasi proses diskusi dan berpikir kritis, prilaku guru yang diharapkan adalah Guru mengajukan pertanyaan terbuka untuk memancing proses diskusi dan berpikir kritis, Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konsep sebelumnya, dan Guru mengajukan yang meminta peserta didik membandingkan dua konsep yang berbeda
- Guru memfasilitasi terjadinya diskusi kelompok yang interaktif, kritis dan inklusif, prilaku guru yang dianjurkan adalah Guru memotivasi peserta didik untuk menyampaikan pendapat secara terbuka, Guru mengajukan pertanyaan yang memicu terjadinya diskusi kelompok, Guru berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan pada kelompok dalam berdiskusi
DISKUSI KELOMPOK
Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu
yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi
adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi késempatan
kepada parásiswa (kelompok-kelompok siswa) untuk.mengadakan perbincangan ilmiah
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan dan Moedjiono, 2008: 20).
Metode diskusi dalam proses pembelajaran menurut (Suryosubroto,
2002:. 179) adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Diskusi yang baik menurut Kasmadi (1990: 106) bukan semata timbul
dari peran guru. akan tetapi lebih tepat apabila timbul dari murid setelah
memahami masalah dan situasi yang dihadapinya.Tetapi dalam hal ini guru/dosen
dapat pula memberikan arahan kepada peserta didik dalam memperoleh tema/masalah
yang tepat untuk didiskusikan, yang sebelumnya kepada peserta didik diberikan
tugas untuk mempelajari, memahami dan menganalisis masalah yang akan dijadikan
topik diskusi.
Ada beberapa kelebihan metode diskusi (kelas maupun kelompok, antara
lain (1) memungkinkan adanya interaksi antara dosen dengan mahasiswa, juga
antara mahasiswa dengan mahasiswa; (2) dosen dapat membaca pikiran mahasiswa
fentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti menilai pemahaman mereka apakah
mercka salah mengerti atau bias terhadap konsep baru tersebut (Budiardjo, L.,
1997; 8-17). Metode diskusi menurut Semiawan, dkk. (1988: 76) juga memiliki
keuntungan: (1)mempertinggi peran serta secara perorangan;(2) mempertinggi
peran serta kelas secara kescluruhan; (3) memupuk sikap saling menghargai
pendapat orang lain.
Menurut Suryosubroto (2002:185) keuntungan metode diskusi cukup
banyak, yakni (1) melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar;
(2) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing;(3) dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berpikir dan sikap ilmiah; (4) dengan mengajukan dan mempertahankan
pendapatnya, dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri; (5) dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Persoalan yang lepat untuk didiskusikan (1) menarik perhatian
siswa; (2) sesuai dengan tingkat perkembangan siswa; (3).memiliki lebih dari
uatu kemungkinan pemecahan atau jawaban;(4)pada umumnya tidak mencari jawaban
mana yang benar, melainkan mengutamakan pertimbangan dan perbandingan.
Metodle diskusi dalam proses pembelajaran menurut Kasmadi (1990;
106) mempunyai maksud (1) melibalkan murid sebagai bagian komponen sistem; (2)
menstimulasi dan memotivasi murid;(3)melatih mercka agar kritis dalam menganalisa;
dan (4) mengembang-kan kemampuan bekerja sama.
B. Pemimpin Diskusi
Pemimpin diskusl adalah seorang yang bertugas memimpin diskusi
agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk awal-awal sebagai
latihan, sebaiknya guru/ dosen yang memimpin diskusi kelas. Tetapi apabila
sudah beberapa kali pertemuan dilaksanakan diskusi, maka bisa secara bergantian
siswa/ mahasiswa dilatih untuk memimpin diskusi.
Peran pemimpin diskusi menurut Semiawan (1988: 77)terutama adalah
dua, yaitu:
1.
Sebagai pengatur lalu lintas
pembicaraan, yakni bertugas mengatur jalannya diskusi agar lancar, dengan cara
(1)mengajukan pertanyaan-perlanyaan kepada anggota kelompok tertenlu;(2)
menjaga agar berbicara menurut giliran, tidak serempak; (3) menjaga agar pembicaraan
tidak dikuasai oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara; (4) membuka
kesempatan bagi orang-orang tertentu (pemalu, penakut) untuk mengemukakan
pendapatnya; (5) mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggola.
2.
Sebagai dinding penangkis, artinya
pemimpin diskusi menerima pertanyaan, pernyataan, atau komentar dari anggota,
kemudian melemparkan kembali kepada anggota.
Kasmadi (1990: 107-108) memberikan rincian tanggung jawab pimpinan
diskusi, antara lain:
1.
Membuat peraturan diskusi.
Termasuk di dalamnya memper-siapkan ruangan yang akan digunakan, menyusun
nama-nama peserta, memaslikan topik, memolakan organisasinya dan mengalur
waktu.
2.
Mengumumkan tujuan diskusi dan
prosedur yang harus diikuti oleh semua peserta. Termasuk di dalamnya bagaimana
sistem laporan akan disusun.
3.
Menyiapkan diskusi berjalan dan
aman agar tidak menyimpang dari tujuan; jika terjadi demikian dia harus segera
mengem-balikan pada tujuan semula dan jika perlu memberikan pengarahan.
4.
Membuat ringkasan hasil diskusi,
atau dapat menugaskan seseorang untuk melakukannya. Kelompok juga mungkin
dimintai bantuan untuk menarik suatu kesimpulan.
C. Mengelola Kelompok Diskusi
Agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan hasilnya optimal serta
efektif dan efisien, diperlukan pengelolaan sebaik-baiknya, yang paling tidak
berupa langkah-langkah yang meliputi perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi.
1.
Pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok sebaiknya diserahkan kepada mahasiswa untuk
memilih teman mereka dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan salah satu nilai
kewarganegaraan yaitu kebebasan berke-lompok. Di samping itu apabila mereka
memilih sendiri dimungkin-kan mereka sudah saling mengenal dengan baik dan akan
dapat bekerja sama dengan sebaik-baiknya. Mereka akan memilih teman yang
menurut mereka merupakan teman yang cerdas, mudah diajak kerja sama, cepat kaki
ringan tangan dan sebagainya. Banyaknya anggota dalam satu kelompok memang
tidak ada aturan yang pasti. Tetapi perlu diingat apabila anggota kelompok terlalu
banyak biasanya kurang efektil, bahkan dimungkinkan ada beberapa anggota
kelompok yang hanya sekedar menumpang nama saja. Tetapi jika terlalu: sedikit
kemungkinan masukan-masukan pemikiran juga kurang. Oleh karena itu, sebaiknya
satu kelompok terdin antara 5 orang sampai 7 orang.
2.
Pengaturan Tempat. Idealnya ada ruang-ruang kecil yang cukup hanya menampung
sejumlah anggota kelompok 5-7 orang, sehingga masing-masing kelompok dengan
leluasa bekerja sama/ diskusi bersama tanpa gangguan dari kelompok lain. Mereka
supaya memilih sendisi ketua kelompok mereka secara musyawarah. Posisi duduk
mereka lebih baik berbentuk lingkaran, sehingga mereka merasa memibki
derajat,hak dan, kewajiban bersama. Atau berbentuk angkare/ U, sehingga ketua
kelompok berada di depan, di tengah-tengah posisi anggota kelompok. Jika
ruangan-ruangan kecil tidak ada dapat disiasati agar mereka mencari tempat yang
dirasa kondusif untuk berdiskusi. Kita beri kesempatan secara bebas untuk
menentukan tempat agar mereka dapat melaksanakan berdiskusi kelompok dengan
sebaik-baiknya..
3.
Pelaksanaan Diskusi Kelompok. Sebelum mereka
menuju tempat-tempat untuk diskusi kelompok,dosen menjelaskan dahulu
permasalahan yang perlu didiskusikan. Paling tidak dosen harus menjelaskan
terlebih dahulu tema yang akan mereka diskusikan, sehingga mereka telah
memahami permasalahan yang harus mereka
diskusikan. Misalnya kalau temanya tentang Pemerintahan yang Bersih dan
Demokratis, dosen terlchih dahulu paling tidak menjelaskan tentang pemerintahan
yang bersih dan pemerintahan yang demokratis. Permasalahan yang akan mereka
diskusikan misalnya mengapa di negara kita praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme subur sekali. Mahasiswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih
ketua kelompok dan bérapa lama waktu yang diperlukan untuk diskusi kelompok,
dan setelah diskusi kelompok, masing-masing segera kembali ke kelas, untuk
mempresenlasikan hasil diskusi kelompok mereka secara bergantian. Sedangkan
kelompok yang belum/sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan
sebagai audien yang berlugas untuk memberikan sanggahan,pertanyaan, atau
mungkin saran atau masukan kepada kelompok penyaji. Posisi Lempat duduk
sebaiknya diatur sedemikian rupa agar setiap mahasiswa dapal melihal semua
temannya, sehingga diharapkan lebih komunikatif, dan dapat terjadi interaksi
antar semua mahasiswa. Posisi yang sebaiknya adalah bentuk angkare/ U.Sedangkan
kelompok penyaji di depan, di tengah kelompok-kelompok lain yang sedang lidak
menyajikan. Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok mereka, misalnya paling lama 7menit. Dalam hal ini dosen dapát
bertindak sebagai moderator.Setelah kelompok selesai menyajikan, moderator
membuka kesem-patan kepada seluruh peserta diskusi uluk mengajukan
tanggapan,sanggahan, pertanyaan, saran atau yang lalnnya (misalnya tiga orang)
kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk menanggapi
balik. Demikian setersnya, secara bergantian kelompok berkesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Apabila penyajian telah selesai, scluruh mahasiswa dengan
bimbingan dosen untuk merumuskan kesimpulan. Di samping itu diadakan evaluasi
pelaksanaannya. Seluruh mahasiswa diberikan kesempatan untuk memberikan
evaluasi tenlang pelaksanaan diskusi, terutama tentang kelemahan-kelemahannya sehingga kelemahan
tersebuit tidak terulang pada diskusi yang akan datang.
Pada pelaksanaan prakteknya, biasanya metode diskusi mengalami
hambatan seperti:
a.
Hambatan dari peserta didik.
Mengingat bahwa peserta didik berlatar belakang yang bermacam-macam ada yang
rajin ada yang malas, ada yang pendiam ada yang banyak bicara dan
sebagainya.Tidak jarang kelompok penyaji,kelika menyajikan kurang menarik, alau
ketika menanggapi pertanyaan dari teman-teman malah diam mungkin karena kurang
menguasai permusalahan atau mereka sulit berbicara/ mengemukakan pendapat,
bahkan tidak menutup kemungkinan kelompok penyaji seluruhnya tidak hadir,
karena merasa tidak siap, atiu alasan-alasan lain.
b.
Hambatan dari materi. harus ada
waktu bagi ketua kelompok beserta anggotanya untuk membahas dan mendiskusikan terlebih
dahulu tentang bagian tema yang harus mereka sajikan, sehingga merekä ada
kemantapan dan penguasaan terhadap tema yang menjadi tanggung jawabnya. Dosen
sebelumnya perlu memberi kan penjelasan kepada mereka, serta siap menjadi
konsultan apabila ada kelompok yang belum jelas dan mohon penjelasan dari dosen
terkait tema materi mereka
c.
Hambalan dari media, sarana
prasarana, Penataan ruangan diupayakan sedemikian rupa agar semua mahasiswa
dapat melihat mahasiswa lain, juga lempat duduk pemimpin diskusi bisa melihal
semua peserta diskusi, sehingga lebih komunikatif. Media pembelajaran harus disiapkan
lebih dahulu agar presentasi menjadi lebih mantap dan menarik.
Beberapa Upaya Guru agar Diskusi
Berhasil
Ada beberapa yang harus dilakukan dan diupayakan guru, menurut
Sagala (2009: 209) agar diskusi berhasil dengan baik, yaitu:
1.
masalahnya harus kontroversial,
arlinya : mengandung perlanyaan dari peserta didik. Masalahnyn harus menarik
perhatian mereka karena berlalian dengan pengalaman mereka;
2.
guru harus menempatkan dirinya
sebagai pemimpin diskusi. Ia haruis membagi-bagi pertanyaan dan memberi
petunjuk tentang jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis
terhadap perlanyaan yang diajukan peserta didik;
3.
guru hendaknya memperhatikan
pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Sebagai calatan, pada saa! mahasiswa melaksanakan diskusi kelompok
ini, dosen hendaknya mengontrol, kalau-kalau ada kelompok yang mengalami
kemacetan dalam diskusi, atau jika ada individu-individu yang terlalu banyak
berbicara sehingga kurang memberikan kesempatan kepada teman lain, atau jika
pembicaraan menyimpang dari permasalahan, dosen harus segera meluruskannya.
Sumber:
Model-model Pembelajaran Inovatif penulis Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja , Efi Miftah Faridli, MPd, dan Drs. Sri Harmianto

Tidak ada komentar:
Posting Komentar